Kids Blog

PERSIAPAN JELANG PERSALINAN

PERSIAPAN MENTAL Ikut senam hamil agar mendapat pengetahuan bagaimana menghadapi saat persalinan. Ajak suami menemani sehingga dapat membantu menguatkan psikis ibu saat persalinan. Jangan mudah panik dan bersikap tegar menghadapi kemungkinan masalah yang muncul. Jalani terapi musik sehingga dapat menenangkan dan membantu ibu untuk selalu berpikir positif dan menyenangkan dalam menanti kehadiran seorang bayi. Berdoa dan pasrahkan diri pada Tuhan yang mengatur mahluk-Nya. KEBUTUHAN IBU DAN BAYI Persiapan sebaiknya dilakukan saat usia kehamilan 7 bulan. Minta bantuan suami/keluarga jika ibu diharuskan beristirahat total akibat akibat kondisinya. Buat daftar keperluan bayi yang pokok dahulu. Tak semua perlengkapan harus dibeli. Misal changing table bisa digantikan fungsinya dengan tempat tidur biasa atau matras. Boks bayi bisa digantikan dengan tempat tidur biasa. Kereta dorong atau keranjang bayi bisa digantikan dengan gendongan. Kalau mau yang murah, beli perlengkapan second hand dari teman, kerabat atau cari informasi di internet dan media iklan baris. Pakaian bayi kecil di bulan pertama tak perlu banyak, karena ia akan tumbuh dengan cepat. Sebelum dikenakan, cuci dulu. DAFTAR KEPERLUAN BAYI Perlengkapan Pakaian Popok kain (2 lusin), alas tidur (2 lusin), bedongan (1 lusin), celana panjang berlubang dan tertutup (masing-masing 1/2 lusin), gurita tak wajib dibeli (kalaupun beli cukup 1/2 lusin), baju lengan panjang dan pendek, baju tanpa lengan, sarung tangan dan kaki, sepatu bayi (1 pasang), tadah liur (2), baju hangat, topi dan selimut untuk bepergian. Perlengkapan Tidur Boks bayi dan perlengkapannya seperti perlak, sprei boks, bantalan untuk pinggiran boks, kelambu, dan bantal tipis. Perlengkapan Mandi Bak mandi khusus bayi, waslap, baskom kecil untuk air bilasan, handuk lembut bayi, sabun dan sampo. Perlengkapan lain Gendongan, gunting kuku bayi, baby oil, bedak, krim untuk ruam popok, alkohol 70 persen, cotton bud, kapas, kassa steril untuk menyikat gusi dan lidahnya, tas untuk tempat perlengkapan kalau bepergian. Daftar Keperluan Ibu baju berkancing depan, kain panjang, BH menyusui, gurita/stagen, pembalut, breast pad (untuk bepergian), pompa ASI. PERSIAPAN DANA Siapkan dana jauh hari sebelum ibu hamil atau ketika awal kehamilan. Asumsikan berapa biaya rumah sakit serta persalinan yang akan dijalani. Meski diperkirakan normal namun tetap disiapkan pula tindakan medis yang paling kompleks. Siapkan pula dana untuk keperluan bayi. Buatlah daftar kebutuhannya. Sisihkan penghasilan setiap bulan dengan asumsi biaya yang sudah diperkirakan. Upayakan mencari penghasilan tambahan untuk bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Berhematlah dengan memangkas pos pengeluaran yang tak begitu perlu. Semisal, kurangi acara makan di luar, kebiasaan nonton di bioskop diganti dengan membeli dvd, atau menunda barang-barang yang belum dibutuhkan, dan sebagainya. Kontrol pengeluaran rutin setiap bulan. Seperti pemakaian listrik, air, telepon, belanja kebutuhan bulanan dan lainnya. Simpan dana secara terpisah. Jika dalam bentuk tabungan perlu disiplin untuk tidak mengambilnya sampai waktu ter-tentu saat dibutuhkan. Bila dalam bentuk deposito perlu diperkirakan waktu pencairan dananya. Usahakan tidak berutang atau setidaknya jadikan sebagai pilihan terakhir. Berutang bisa dalam arti membayar belanjaan dengan kartu kredit, pinjam saudara, teman atau kantor. Kalau pun berhutang hendaknya sebagian kecil dalam arti menutupi kekurangan dana yang sudah tersedia, agar tidak sampai menjadi beban. PERSIAPAN HARI “H” Menjelang hari kelahiran sebaiknya sudah dipersiapkan koper atau tas yang berisi pakaian ibu dan bayi, serta perlengkapan lain yang diperlukan. Jadi bila sewaktu-waktu ibu mendadak harus ke rumah sakit, keperluan barang untuk di rumah sakit sudah siap dibawa. Berikut perlengkapan yang diperlukan: Perlengkapan bayi Biasanya perlengkapan yang akan dikenakan bayi saat pulang seperti baju, popok sekali pakai, bedongan, botol susu untuk tempat ASI bila diperah, tisu basah, sarung tangan dan kaki, topi dan selimut. Perlengkapan ibu selama di rumah sakit Baju berkancing depan untuk menyusui, bra menyusui, celana dalam, pembalut, perlengkapan mandi seperti handuk dan sabun, baju untuk pulang, perlengkapan kosmetik seperti bedak dan lipstik, sandal, gurita atau korset. Perlengkapan lain yang dibawa suami Biasanya selama di rumah sakit suami akan menemani. Untuk itu jangan lupa pula membawa sejumlah uang tunai atau kartu kredit, makanan dan minuman kecil, handphone dan charger, kamera dengan film dan baterai cadangannya. Peralatan mandi, t-shirt/kemeja, celana panjang, baju dalam, perlengkapan ibadah, sandal dan lainnya. Dedeh Kurniasih.

PENANGANAN INFEKSI KEHAMILAN DAN PERSALINAN

Akibat menurunnya daya tahan tubuh, ibu hamil dan bersalin rentan terkena infeksi. Tentunya infeksi yang terjadi ini bisa berpengaruh pada janin maupun ibu Banyak cara bisa dilakukan untuk mencegahnya. Antara lain dengan menjaga kebersihan tubuh sehari-hari, mencuci tangan sebelum makan, memperhatikan kebersihan makanan; mempertahankan sistem kekebalan tubuh agar tetap terjaga baik dengan mengonsumsi makanan bergizi, olahraga yang diperbolehkan untuk ibu hamil, serta istirahat yang cukup. Lakukan pula deteksi dini infeksi saat hamil, karena sering kali gejalanya tak kasat mata sehingga perlu pemeriksaan darah di laboratorium. Jika sudah terjadi infeksi, lakukan pengobatan dengan baik di bawah pengawasan dokter. Persalinan pun harus dilakukan di tempat yang se-steril mungkin serta sedapat mungkin persalinan ditolong oleh tenaga medis (bidan, dokter atau dokter spesialis) di rumah bersalin atau rumah sakit. INFEKSI SEBELUM/SEMASA HAMIL Umumnya, infeksi pada ibu hamil lebih dikenal dengan infeksi TORCH, yang terdiri dari toksoplasma, others (clamidia, dan lain-lain), rubela atau campak jerman, cytomegalovirus dan herpes simpleks. Selain itu, ada juga infeksi staphylococcus yang kemudian lebih dikenal dengan istilah ACA (anticardiolypin). Ada lagi infeksi yang disebabkan clamidia yaitu sejenis virus, namun infeksi ini tidak banyak terjadi di Indonesia. TOKSOPLASMA Penyebab: Ada anggapan selama ini bahwa ibu hamil tak boleh memelihara binatang seperti kucing, anjing, dan lainnya karena bisa menyebabkan toksoplasmosis.Sebetulnya yang jadi penyebab infeksi toksoplasma adalah cysts atau oocystsyang hidup setelah melalui suatu siklus pada binatang kemudian baru berpindah pada manusia. Contoh, kotoran kucing yang kering dan mengandung oocystsbercampur debu tertiup angin dan jatuh di rerumputan, kemudian rumput tersebut dimakan oleh kambing. Nah, daging kambing tersebut jika tidak dimasak matang masih mengandung cyst hidup. Ibu hamil yang mengkonsumsi daging tidak matang itu berisiko mengidap tokso. Maka itu, ibu hamil harus mengkonsumsi daging yang dimasak matang karena cysts-nya akan mati. Selain itu, oocyst ini juga bisa terbang bersama debu tertiup angin dan hinggap pada makanan kita atau makanan yang ada di pinggir jalan, misalnya. Jadi, ibu hamil jangan makan di sembarang tempat yang kemungkinan besar terkontaminasi oocysts.Pada dasarnya, cysts hidup dalam siklus hewan yang ada di darat, bukan hewan yang hidup dalam air. Jadi, untuk daging ikan mentah, belum terbukti apakah berisiko menimbulkan toksoplasma. Risiko terinfeksi toksoplasma juga terdapat pada transfusi darah, kesalahan laboratorium dan transplantasi organ. Gejala Klinis: Sebagian besar tidak tampak secara kasat mata, namun demikian juga ditemukan seperti gejala flu biasa tergantung strain virusnya, usia, dan derajat imunitas tubuh/daya tahan tubuh. Diagnosis: Diketahui setelah pemeriksaan darah di laboratorium. Yang diperiksa adalah antibodinya bukan kumannya. Terbentuknya antibodi di awal infeksi kurang lebih 2 minggu kemudian terbentuk IgA, sedangkan IgM akan terbentuk lebih awal dan bisa bertahan sampai 6 bulan, IgG terbentuk kemudian dan bertahan lebih lama sampai 24 bulan.Pemeriksaan serologik pada wanita hamil trimester awal (1) didapatkan IgG positif, IgM negatif, maka perlu diulang 3 minggu kemudian, dan bila didapatkan kenaikan 4 kali lipat berarti adanya reaktivasi/kambuh. Sedangkan bila IgG dan IgM positif dan aviditasnya < 0,3 menunjukkan infeksi saat hamil dan perlu pengobatan. Sebaliknya bila > 0,3 kemungkinan besar infeksi lampau, perlu pemeriksaan pada bayi yang dilahirkan. IgG dan IgM yang ditemukan negatif, tetap dianjurkan pemeriksaan ulang pada trimester III (28-40 minggu). Pengobatan: Normalnya, bila hasil pemeriksaan kadar antibodi IgG maupun IgM negatif, berarti tak ada toksoplasma. Jika IgM bernilai positif dan IgG positif maka harus diterapi, karena berarti ada infeksi. Jika hasil aviditas < 0,3 berarti infeksi sebelum terjadi kehamilan, sedangkan > 0,3 berarti terjadi infeksi saat hamil, maka perlu terapi yang adekuat.Jika ada peningkatan kadar antibodi sampai 4 kali secara kuantitas, berarti ada kuman yang aktif kembali dan perlu diterapi dengan pemberian obat-obatan antibiotika tertentu yang aman untuk masa hamil. Pengobatan dilakukan selama 3 bulan. Pencegahan: Idealnya, pemeriksaan toksoplasma dilakukan pranikah/hamil, dengan anggapan sesudah menikah tentunya nanti akan hamil. Jadi, untuk mendapat keturunan yang baik harus dipersiapkan sejak awal. Sehingga ibu tahu kapan boleh hamil dan tidak, serta kapan dilakukan pengobatan jika memang ada tokso. Jika pemeriksaan tidak dilakukan sebelum hamil, paling tidak dilakukan saat hamil. Hanya saja pemeriksaan toksoplasma relatif jarang dilakukan kecuali ada indikasi semisal ada riwayat keguguran dan kecacatan bayi yang dilahirkan, hal ini terjadi karena pertimbangan biaya dan insiden kejadiannya masih dianggap sedikit. RUBELA (CAMPAK JERMAN) Penyebab: Virus yang ditularkan melalui kontak udara maupun kontak badan. Virus ini bisa menyerang usia anak dan dewasa muda. Pada ibu hamil bisa mengakibatkan bayi lahir tuli. Gejala Klinis: Suhu tubuh panas dan bercak merah di kulit serta terasa gatal. Bila keganasan virusnya rendah, adakalanya tidak tampak gejala klinis. Diagnosis: Ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul, dan dari pemeriksaan darah di laboratorium dengan melihat kadar antibodi IgG dan IgM-nya terhadap rubela. Pengobatan: Masih ada kontroversi, apakah harus diterapi atau tidak. Jika ibu pernah terkena rubela di usia 15 tahun, kemudian menikah di usia 20 tahun, kadar IgG-nya positif. Hanya saja apakah antibodi IgG-nya ini protektif ataukah tidak? Jika dianggap protektif, maka tak perlu diterapi. Bila dianggap tidak protektif, tentu perlu diterapi dengan obat-obatan antiviral selama 3 bulan. Ada pula ahli yang berpendapat bahwa obat virus tidak ada gunanya, tetapi yang penting imunitas tubuhnya ditingkatkan. Pencegahan: Lakukan vaksinasi Rubela pada penderita yang belum pernah terinfeksi atau kadar antibodinya IgG negatif dan melakukan tes darah paling tidak 3 bulan sebelum kehamilan. SITOMEGALOVIRUS Penyebab: Virus ini dapat bersumber dari tenggorokan, ludah, lendir mulut rahim, sperma, atau transfusi darah. Akibat dari infeksi virus ini bisa menyebabkan keguguran spontan, infeksi pada janin sehingga menimbulkan kelainan bawaan. Penularannya lewat kontak dengan penderita. Gejala Klinis: Hampir sama dengan terkena serangan flu biasa. Diagnosis: Terdeteksi lewat pemeriksaan Imunoglobulin M (IgM) dan CMV kultur atau biakan virus Cytomegalovirus. Pengobatan: Dengan obat-obatan antiviral selama 3 bulan. Angka kejadian infeksi sitomegalovirus ini rendah di Indonesia. Pencegahan: Hindari kontak secara langsung atau berhubungan seksual tanpa perlindungan. HERPES SIMPLEKS Penyebab: Virus yang ditularkan lewat kontak badan dan seksual. Infeksi bisa tertular pada bayi di saat proses persalinan, karena ada gesekan dengan alat kelamin ibu. Gejala Klinis: Suhu tubuh panas dan timbul gelembung/bintil-bintil kecil berisi cairan kemerahan dan sakit pada alat kelamin. Karena kondisi tubuh sedang lemah, kuman lain dapat numpang sehingga dapat menyebabkan infeksi sekunder pada paru-paru, dermatitis, dan lainnya. Diagnosis:

MENGAPA JALAN LAHIR PERLU DIPANTAU?

Seperti jalan raya yang sulit dilalui dan bikin macet, jalan lahir pun mungkin saja sulit ditembus bayi. Mungkin jalan raya itu kurang lebar, jumlah kendaraannya terlalu banyak, ukuran mobilnya besar-besar, atau permukaannya tidak mulus. Sedangkan pada jalan lahir, kemacetan mungkin saja disebabkan kondisi janin, panggul yang sempit, plasenta yang letaknya menghalangi, serta infeksi di jalan lahir. JANIN BESAR Ukuran yang terlalu besar, yakni lebih dari 4.000 gram dapat menyebabkan bayi sulit dilahirkan secara normal. Apalagi jika jalan lahir ibunya tergolong sempit. Kalaupun tenaga ibu besar dan panggulnya normal, namun bila berat tubuh janin tergolong besar, tetap saja ia akan tertahan di jalan lahir. Tak heran kalau pembukaan jadi tak maju-maju alias mengalami persalinan macet. Selain karena berat janin yang berlebihan, persalinan macet bisa terjadi akibat posisi bayi yang tak semestinya. Entah posisi sungsang atau melintang maupun karena posisi kepala berubah dan tak kunjung masuk ke jalan lahir gara-gara tertahan di tulang-tulang panggul. Demikian pula bila denyut janin lemah atau malah kacau. Dikhawatirkan si ibu tak dapat menjalani persalinan normal. PANGGUL SEMPIT Di usia kehamilan 36 minggu, dokter kebidanan dan kandungan umumnya akan memeriksa kondisi panggul ibu. Salah satu tujuan pemeriksaan ini adalah memastikan apakah ibu dapat melahirkan secara normal atau tidak. Pemeriksaan secara klinis dilakukan dengan cara menghitung jarak dari tulang kemaluan hingga bagian tulang belakang (promontorium). Dari angka ini dapat diketahui lebar pintu atas panggul dan pintu tengah panggul. Dikategorikan normal bila berjarak minimal 11 cm. Sedangkan jika kurang dari angka itu, disebut panggul sempit. Panggul normal lazimnya berbentuk ginekoid, yakni bila pintu atasnya berbentuk hampir membulat. Selain karena panggul memang sempit, kesulitan persalinan umumnya juga terjadi bila panggul mengalami kelainan bentuk. Misalnya bentuk pintu atas panggul lonjong namun menyempit di bagian belakang. Ketidaknormalan lainnya adalah bila pintu atas panggul hampir berbentuk segitiga. Disamping pemeriksaan klinis berupa pengukuran promontorium, pemeriksaan lain yang bisa dilakukan adalah rontgen. Hasil rontgen ini kemudian dianalisis untuk mengetahui ukuran panggul, yaitu pintu atas panggul, pintu tengah panggul dan pintu bawah panggul. Meski panggul ibu dikategorikan tidak normal, namun masih ada kemungkinan bisa melahirkan secara normal. Tentu saja ini pun bergantung pada ukuran janin apakah sesuai dengan kapasitas panggul si ibu. Konkretnya, jika ukuran bayi relatif kecil, tentu peluang bisa melahirkan normal cukup besar. Apalagi bila posisi kepala janin sudah berada di bawah dan masuk ke pintu panggul. Di sisi lain, power atau kekuatan ibu saat mengejan juga memengaruhi kesuksesan melahirkan normal meskipun panggulnya tergolong sempit. Begitu juga sebaliknya. Kendati panggulnya termasuk kategori besar dan luas, tapi bila daya mengejannya lemah, tentu saja bayi akan relatif sulit keluar lewat jalan lahir. Faktor lain yang ikut mendukung ibu berpanggul sempit untuk dapat melahirkan normal adalah daya moulage. Perlu diketahui, rangkaian tulang yang membentuk kepala janin masih belum menyatu. Kondisi inilah yang memungkinkan kepalanya bisa menciut dan mempermudah proses persalinan. Nah, begitu bayi lahir, kepalanya akan kembali menyesuaikan diri ke bentuk semula. Kalaupun semua upaya sudah dilakukan dan bayi tak kunjung bisa lahir secara normal, entah lantaran daya mengejan ibu lemah, bayi tergolong berukuran besar, ataupun panggul sempit, mau tak mau si ibu mesti melahirkan dengan operasi sesar. PLASENTA SALAH TEMPAT Normalnya plasenta terletak di bagian puncak atau atas rahim (fundus). Bisa saja agak ke kiri atau ke kanan sedikit, tetapi tidak sampai meluas ke bagian bawah apalagi sampai menutupi jalan lahir. Ada beberapa kendala yang mungkin terjadi terkait letak plasenta ini, antara lain: Placenta previa totalis bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir. Pada posisi ini, jelas tidak mungkin janin dilahirkan per vaginam atau secara normal karena berisiko terjadinya perdarahan yang sangat hebat. Placenta previa partialis bila hanya sebagian atau separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada posisi ini pun risiko perdarahan masih besar meski biasanya tetap tidak bisa dilahirkan secara normal. Placenta previa marginalis bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir. Bayi bisa dilahirkan normal. Akan tetapi perlu diketahui bahwa risiko perdarahan tetap besar. Low-lying placenta bila plasenta letak rendah. Kadang disebut juga dangerous placenta karena posisinya hanya beberapa mm atau cm dari tepi jalan lahir. Risiko perdarahan tetap ada, namun boleh dibilang kecil. Ibu dapat melahirkan secara normal dengan aman asal hati-hati. Diagnosis mengenai letak plasenta ini mulai dipastikan sejak kira-kira umur kehamilan 26-28 minggu, dimana mulai terbentuk SBR (Segmen Bawah Rahim). Leher rahim yang semula masih berbentuk seperti corong akan mulai memipih. Dari perubahan inilah bisa terjadi plasenta “berpindah” atau lebih tepatnya bergeser menjauhi jalan lahir, seolah-olah bergerak ke atas. Ini yang diharapkan terjadi pada ibu nantinya. Tentu saja penilaian optimal bila dilakukan saat mendekati waktu persalinan untuk memastikan di mana posisi plasenta. INFEKSI DI JALAN LAHIR Infeksi terjadi apabila mikroorganisme seperti bakteri, jamur, atau lainnya tumbuh berlebihan pada vagina. Sebagian dari mikroorganisme ini memang merupakan penghuni jalan lahir dan tetap berada dalam keseimbangan yang baik pada vagina yang bersih dan sehat. Infeksi juga bisa terjadi karena kebersihan yang kurang terjaga. Jadi, jangan anggap remeh gangguan dan kelainan di jalan lahir. Sebab efeknya tak cuma bisa menghambat proses persalinan, tetapi juga berakibat jauh lebih fatal. Infeksi pun dikhawatirkan akan menulari si bayi. Contohnya bila vagina ibu terinfeksi gonorhea, maka bayi yang dilahirkan melaluinya kemungkinan besar akan mengalami kebutaan karena kuman yang menyerang termasuk ganas dan memiliki enzim yang mampu menembus kornea. Biasanya penularan mulai terlihat sehari atau dua hari setelah bayi dilahirkan dengan gejala yang sangat parah. Bahkan, sekadar disentuh pun beleknya akan keluar dan sangat menular. Bayi dengan infeksi seperti ini biasanya akan diisolasi dan diberi antibiotik khusus setiap jam. Infeksi lain di jalan lahir yang juga diduga bisa menular ke bayi di antaranya herpes genitalis, condyloma lata (kondiloma sifilitik yang lebar dan pipih), condyloma acuminata (infeksi yang menimbulkan massa mirip kembang kol di kulit luar kelamin wanita) dan lainnya. 3P” PENTING Ada 3 pemeriksaan (3P) untuk menentukan apakah ibu bisa menjalani persalinan normal atau tidak. Pemeriksaan fisik melalui rabaan tangan pada perut ibu. Tujuannya mengetahui sejauh mana bagian terbawah tubuh janin sudah masuk ke dalam rongga panggul. Pemeriksaan dalam dengan memasukkan jari dokter/bidan ke dalam vagina dan memeriksa panggul bagian dalam secara klinis. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui ukuran

MEMILIH PERSALINAN : CAESAR ATAU NORMAL ?

Artis penyanyi Titi DJ tak pernah berharap ia melahirkan caesar. Tapi, ketika kehamilannya memasuki usia 8 bulan, ia mengeluarkan bercak darah. Ditambah lagi posisi bayi kembar yang dikandungnya tak memungkinkan untuk lahir normal. Yang satu terlilit tali pusar. Satu lagi sungsang. Maka, keinginannya untuk melahirkan normal tak kesampaian. “Padahal, saya pengen ngerasain sakit-sakitnya, mules-mulesnya,” cerita ibu dua putri dan satu putra ini pada nakita. Dan, operasi caesar pun berulang ketika ia melahirkan anak keduanya. Pasalnya, jarak yang terlalu dekat tidak memungkinkan buat seorang ibu yang pernah melahirkan caesar meminta kelahiran normal. Apa boleh buat. Cerita semacam di atas memang kerap terjadi. Bahkan, ada ibu yang sudah merasakan mules dua hari, pada akhirnya harus melahirkan lewat operasi caesar. INDIKASI GAWAT Operasi caesar yaitu suatu tindakan melahirkan bayi melalui perut. Dengan kata lain proses melahirkan bayi ini tidak melalui jalan lahir biasa (vagina).”Tetapi, ini harus dilakukan berdasarkan adanya indikasi medis,” tegas Dr.H. Boyke Dian Nugraha, DSOG, MARS, dari RS Kanker Dharmais, Jakarta. Indikasi medis menunjukkan adanya kelainan, baik pada ibu maupun janin. Seperti kita tahu, dalam proses persalinan ada tiga faktor penentu yang dikenal dengan istilah 3P. Yang pertama power, yaitu tenaga mengejan atau kontraksi otot dinding perut rahim. Kemudian passage keadaan jalan lahir. Dan, passanger, yakni si janin yang hendak dikeluarkan. Kelainan power yang berakibat pada dilakukannya operasi caesar yaitu, keadaan ibu berpenyakit jantung atau asma yang akut, daya mengejan lemah, dan beberapa penyakit menahun lain yang mempengaruhi tenaga. Kelainan passage biasanya timbul karena sempitnya panggul, tertutupnya jalan lahir oleh plasenta, atau terdapat infeksi di jalan lahir sehingga dikhawatirkan akan menular ke anak, misalnya herpes kelamin. Kelainan passanger karena bayi dengan berat lahir besar (lebih dari 4 kg), bayi sungsang untuk kelahiran pertama, atau diduga janin dengan keadaan denyut nadi kacau dan melemah. Saat ini operasi caesar dianggap mampu menyelamatkan bayi-bayi yang tidak bisa lahir lewat persalinan normal. Misalnya saja, bayi prematur yang mengalami gangguan pernapasan. KEMAJUAN TEKNIK CAESAR Kemajuan di bidang ilmu kedokteran membawa kemajuan pula pada tindakan caesar. Buktinya, saat ini operasi caesar bisa dilakukan untuk empat kali kelahiran. Padahal dulu hanya bisa untuk tiga kali saja. Arah sayatan pun berkembang. Dulu hanya dikenal teknik operasi klasik (corpora) dengan sayatan membujur dari bawah pusar ke arah tulang kemaluan. Sekarang sayatan trans profunda lebih banyak digunakan. Yang dimaksud dengan cara terakhir ini adalah sayatan dilakukan melintang dari kiri ke kanan di atas tulang kemaluan. Cara ini dinilai dari segi estetika jauh lebih baik. Tak cuma sekitar itu, anestesi yang diberikan pun kini tidak menyeluruh. Dikenal dengan anestesi epidural yang hanya digunakan sebagian. Jadi, dari bagian pinggang ke bawah yang diberikan anestesi, sementara dari bagian pinggang ke atas tidak. Dengan demikian si ibu masih tetap sadar. Sehingga bisa menyaksikan para dokter yang tengah mengoperasi dirinya. Bahkan, jika memungkinkan masih bisa mengobrol dengan pasangan yang menemani. Kemudian mendengarkan suara tangis pertama bayinya. Juga bisa menggendong dan memeluknya, sesaat setelah si bayi dikeluarkan. Usai operasi yang hanya berlangsung 45 menit – 1,5 jam, si ibu tidak harus puasa 24 jam. “Boleh saja minum, asal jangan bangun dari tempat tidur,” ujar Dr. Boyke. Dulu obat yang diberikan saat anestesi bisa menimbulkan mual pada si ibu karena bau yang tidak sedap. Bahkan, mual ini akan tetap terasa sampai pasca operasi. Sehingga menimbulkan hilangnya nafsu makan. Sekarang hal itu tidak mungkin terjadi karena langsung disuntikkan ke pembuluh darah. TERLALU BERLEBIHAN Sayangnya, banyak wanita yang takut melahirkan secara normal. Lantas, memilih melahirkan dengan operasi caesar tanpa indikasi medis. “Ini tindakan yang sangat berlebihan. Karena meski bagaimana melahirkan normal sejak dulu adalah peristiwa fisiologis, alamiah, yang tentu saja jauh lebih baik dari persalinan lewat operasi,” kata Dr. Boyke. Proses persalinan, dimulai dengan mulas, pembukaan jalan lahir, turunnya janin ke panggul, sampai pada kontraksi adalah sesuatu yang tidak perlu ditakutkan. Apalagi jika alasan si istri melakukan operasi caesar, karena sayang suami. Maklum, kondisi jalan lahir (vagina) akan tetap terjaga. “Padahal, kalau setelah melahirkan normal si ibu rajin merawat, misalnya dengan senam seks, maka tidak ada perbedaan antara vagina yang pernah dilewati kepala bayi atau belum,” jelas dr. Boyke. Dan untuk diketahui para ibu, bahwa secara medis organ-organ reproduksi itu bisa pulih dalam waktu enam minggu atau 40 hari setelah melahirkan. Jadi, sangatlah tidak tepat jika memilih caesar karena alasan demi memberi yang terbaik buat suami. Kecuali itu, dengan operasi caesar jalan lahir si ibu menjadi kurang teruji karena tidak dilewati oleh janin. Dan pengerutan rahim seusai operasi tidak terjadi secara optimal. Yang mengherankan saat ini ada dokter yang bersedia memenuhi keinginan si ibu untuk operasi caesar kendati tanpa indikasi medis. Alasan pasien biasanya macam-macam. Misalnya, melahirkan sesuai dengan tanggal yang diinginkan karena perhitungan peruntungan, dan sebagainya. LEBIH MAHAL Dari segi biaya, operasi caesar jelas jauh lebih mahal. Minimal dua kali lipat dari persalinan normal. Pada masa krismon seperti sekarang, jelas merupakan pilihan yang berat. Selain itu, caesar meninggalkan luka parut di perut. Maka, kehamilan berikutnya disarankan untuk berjarak sekitar 2 tahun. Kemudian jumlah anak pun menjadi terbatas karena parut luka di rahim akan membatasi jumlah operasi. “Hanya tiga anak yang bisa dilahirkan lewat caesar, karena kondisi rahim yang mudah robek,” terang Dr. Boyke, yang lebih suka menghadapi kelahiran normal. Pasca pemulihan kelahiran caesar memakan waktu lebih lama dari kelahiran normal. Bahkan ibu berpeluang mendapatkan infeksi pasca lahir juga perdarahan. Dan yang perlu diingat oleh para ibu adalah setiap tindakan operasi sekecil apa pun selalu ada risikonya. Begitu juga dengan caesar. Pembedahan pada rongga perut akan mengakibatkan perlekatan antar organ dalam rongga perut. Itulah yang menjadi alasan mengapa perlu waktu lebih lama untuk kehamilan berikutnya. MERUGIKAN JANIN Operasi caesar memang menguntungkan jika dilakukan dengan alasan yang tepat, seperti yang telah diuraikan di atas. Tetapi, menjadi sia-sia jika tanpa alasan medis. Tentu karena operasi ini menguras dana yang tidak sedikit. Yang mungkin lebih baik jika dana ini dialihkan untuk keperluan yang lain. Kecuali itu, operasi ini pun merugikan janin jika terjadi hal-hal yang tidak diharapkan. Misalnya saja terjadi waktu operasi yang terlalu lama. Akibatnya, anestesi yang semula hanya ditujukan buat si ibu, bisa mempengaruhi janin. Sehingga bayi yang dilahirkan tidak